Senin, 01 Oktober 2012

TUGAS 1 (Contoh Tulisan Ilmiah)

Nama  : Santi Santini
NPM    : 26210362
Kelas   : 2EB2O

Tulisan Ilmiah Populer
Tulisan Ilmiah Populer adalah karya tulis yang berpegang kepada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Dengan pengertian seperti ini, benar bila dikatakan bahwa ilmiah populer adalah sarana komunikasi antara ilmu dengan masyarakatawam.

Gaya Penulisan Karangan Ilmiah Populer, diantaranya :
1.     Agar mudah dicerna pembaca secara lebih luas, karangan ilmiah populer hendaknya ditulis dengan panjang kalimat dan panjang paragraf yang sesuai pembaca dari berbagai lapisan masyarakat. Sebaiknya kalimat pada artikel ilmiah populer terdiri atas paling banyak 20 kata untuk meningkatkan keterbacaan untuk pembaca pada umumnya.
2.  Sekalipun penulis artikel ilmiah populer seorang iptekwan, tetapi hendaknya hindari penggunaan terlalu banyak istilah-istilah teknis. Pembaca majalah atau surat kabar tidak mempunyai tingkat pendidikan seperti penulis, hingga jangan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti. Bila suatu istilah tidak tergantikan oleh kata yang kurang teknis, hendaknya definisi perlu diberikan bersama istilah tersebut. Pemahaman terhadap isi artikel akan menyebabkan pembaca menyenangi apa yang dibacanya dan merasa nyaman dengan majalah atau surat kabar pemuatnya secara keseluruhan.
3.  Gunakan bahasa yang kolokial (informal) untuk mengembangkan “hubungan yang dekat” antara penulis dan pembaca. Buat pula agar pembaca merasa sedang berdialog secara sejajar dengan penulisnya, bukan sedang diajari oleh seorang pakar. Oleh karenanya dianjurkan untuk menggunakan lebih banyak kalimat aktif untuk menciptakan hubungan informal. (Catatan: Laporan ilmiah standar umumnya ditulis dengan kalimat pasif untuk menekankan obyektivitas). Tidak ada salahnya juga menyapa pembaca dengan “Anda” dan menyebut penulis dengan “Saya” agar hubungan antara penulis dan pembaca lebih dekat.
4.    Tingkatkan dimensi “human interest” dari artikel ilmiah populer yang ditulis, dengan cara memasukkan unsur ceritera, anekdot, dan humor pada artikel. Pada dasarnya manusia lebih tertarik tertarik pada ceritera tentang orang lain daripada obyek lainnya. Oleh karenanya memberikan sentuhan-sentuhan kemanusiaan pada karangan ilmiah populer dapat meningkatkan daya tarik artikel tersebut.
5.    Gunakan analogi dan metafora untuk memberikan penjelasan tentang sesuatu proses yang kompleks. Sertakan ilustrasi-ilustrasi bergambar (pictorial) untuk memperjelas, selingan, dan juga hiasan, seperti halnya foto (berwarna lebih menguntungkan), diagram, tabel, gambar, atau karikatur. Foto membantu memberikan paparan detail melalui gambar, sedangkan gambar umumnya atraktif bagi pembaca. Berikan deskripsi singkat tentang foto menyertai foto tersebut.
6.  Tiap paragraf harus terstruktur dengan cara yang sama. Paragraf harus mulai dengan kalimat topik, dan lalu diikuti oleh informasi yang berhubungan dengan topik dalam kalimat topik. Struktur kalimat perlu diperhatikan dalam menulis artikel.


Contoh :

Waspada dengan Tayangan Televisi

Sebagian besar ahli setuju bahwa terlalu banyak menonton televisi bisa berdampak buruk bagi anak-anak yang sudah agak besar. Namun, ternyata, televisi juga bisa berpengaruh negatif bagi anak-anak berusia di bawah tiga tahun. Hal ini dibuktikan oleh suatu penelitian yang dilakukan para ahli dari University of Washington, Seattle, Amerika Serikat. Menurut penelitian tersebut, pada anak usia balita, menonton televisi bisa memperbesar kemungkinan terjadinya masalah konsentrasi pada saat anak tersebut berusia tujuh tahun. 

Dalam studi yang melibatkan sekitar 1.300 orang anak tersebut dilakukan perbandingan jumlah jam menonton televisi selama tiga tahun pertama usia anak-anak tersebut dengan munculnya masalah konsentrasi pada saat mereka berusia tujuh tahun. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa setiap tambahan satu jam dari jumlah rata-rata menonton televisi setiap harinya, risiko terjadinya masalah konsentrasi pada saat anak berusia tujuh tahun bertambah hingga hampir 10 persen. Ini berarti, anak usia balita yang menonton televisi sekitar delapan jam sehari mempunyai risiko mengalami masalah konsentrasi sekitar 80 persen lebih besar dibanding anak yang tidak pernah menonton televisi. Hipotesis mereka tentang basil tersebut adalah cepatnya perubahan gerak dan gambar di televisi yang berpotensi merusak fungsi otak anak-anak.

Lalu, apakah itu berarti anak-anak sebaiknya tidak usah diperbolehkan menonton televisi? Para ahli yang terlibat dalam penelitian ini menyarankan agar anak¬anak sebaiknya tidak dibiarkan menonton televisi selama dua tahun pertama usia mereka. Sedangkan selanjutnya, mungkin boleh-boleh saja membiarkan anak menonton televisi, namun dibatasi jumlah jamnya. Selain itu, jangan lupa menyeleksi jenis acara yang boleh ditonton. Cobalah mengalihkan perhatian si kecil ke kegiatan lain yang tidak kalah menarik, sehingga ia tidak banyak menghabiskan waktu di depan televisi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar