Nama
: Santi Santini
NPM
: 26210362
Kelas :
4EB20
Manajemen Resiko Keuangan
Manajemen resiko adalah suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat
diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari
risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada
risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau
kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi
lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen
risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan
bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal
ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik.
Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia
bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).
Dalam perkembangannya
Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen
Risiko Terintegrasi Korporasi (Enterprise Risk
Management).
Manajemen Risiko
dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring dan
evaluasi.
Sejarah
Rekaman tertua terkait pengelolaan risiko dapat ditemukan
pada Piagam Hammurabi (codex
Hammurabi), yang dibuat pada tahun 2100 sebelum masehi.[1] Piagam
tersebut mencantumkan peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang untuk
membeli kargo; namun bila dalam perjalanan kapalnya tenggelam atau hilang, ia
tidak perlu mengembalikan uangpinjaman
tersebut. Masa ini disebut sebagai zaman pertama manajemen risiko,
di mana perusahaan hanya melihat risikonon-entrepreneurial (seperti
misalnya keamanan).
Tahun 1970-an dan 1980-an disebut sebagai zaman kedua
manajemen risiko di mana perusahaan-perusahaanasuransi mulai
berusaha mendorong pengusaha untuk benar-benar menjaga barang yang
diasuransikan.[1] Pada
masa ini juga lahir konsep jaminan mutu (quality
assurance) yang menjamin setiap produk memenuhi spesifikasi standarnya.
Konsep ini dipopulerkan oleh British Standards Institution yang
meluncurkan standar kualitas BS 5750 pada tahun 1979.
Pada tahun 1993, James Lam diangkat menjadi Chief Risk
Office, yang merupakan jabatan CRO pertama di dunia.[1]
Zaman ketiga manajemen
risiko dimulai tahun 1995 dengan diterbitkannya
AS/NZS 4360:1995 oleh Standards Australia of the World's Risk
management Standard.[1]
Pengertian Risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini
terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa
yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan.menurut Wideman, ketidak pastian yang
menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity),
sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan
istilah risiko (Risk).
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang
sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali? Misalnya membeli
loterei. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar tetapi jika
tidak beruntung uang yang digunakan membeli loterei relatif kecil.Apakah ini
juga tergolong Risiko? jawabannya adalah hal ini juga tergolong risiko. Selama
mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap risiko.
Kategori risiko
Risiko dapat
dikategorikan ke dalam dua bentuk :
1. risiko spekulatif, dan
2. risiko murni.
Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan
yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan
istilah risiko bisnis(business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko
yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah
suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat
menimbulkan kerugian.
Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak
terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan
menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud
tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau
tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara
menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya
kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan
istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni
adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat
kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Tujuan Manajemen
Tujuan utama manjemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan
potensi kerugian yang timbul dri perubahan tak terduga dalam harga mata uang,
kredit, komoditas dan ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini
dikenal sebagi risiko pasar. Risiko pasar terdapat dalam bebrapa bentuk.
Meskioun focus terhadap volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu
mempertimbangkan risiko lainnya. Risiko likuiditas timbul karena tidak semua
produk manajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas. Pasar yang
sangat tidak likuid ini misalnya seperti real estat dan saham dengan
kapitalisasi kecil. Diskontinuitas pasar mengacu kepada risiko bahwa pasar
tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahap. Risiko kredit
merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak
dapat memenuhi kewajibannya. Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena
pihak otoritas public melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan
tertentu. Risiko pajak merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu
tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. Risiko akuntansi adalah
peluang bahwa suatu transaksi lindunh nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian
dari transaksi yang hendak dilindung nilai.
Peranan Akuntansi
Akuntansi manajemen memainkan peranan penting dalam proses
risiko manajemen. Meraka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar,
mengkuantifikasikan keseimbangan yang terkait dengan strategi respon risiko
alternative, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko
tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi efektivitas
program lindung nalai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi bergagai
jenis risiko market bepotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka
ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap
pemicu nilaisuatu perusahaan dan persaingnya. Istilah pemicu nilai mengacu
kepada kondisi keuangan pada pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang
memepengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta
asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas.
Peramalan atas
Peubahan Kurs
Informasi yang sering dugunakan dalam membuat permalan kurs
(yaitu depresiais mata uang) berkaitan dengan perubahan dalam factor-faktor
berikut ini:
1. Perbedaan inflasi.
Bukti menunjukan
bahwaa laju inflasi yang lebih tinggi disuatu Negara, cenderung akakn diimbangi
dala beberapa waktu dengan pergerakan dengan nilai yang setara tetapi
berlawanan dalam nilai mata uangnya. Kebijakan moneter. Suatu peningkatan dalam
pasokan uang suatu Negara yang melebihi laju pertumbuhan riil hasil keluaran
nasional mendorong timbulnya inflasi yang mempengaruhi kurs.
2. Neraca perdagangan.
Pemerintah sering kali
memanfaatkan devaluasi mata uang untuk menyelesaikan neraca perdagangan yang
tidak menguntungkan (yaitu apabila ekspor < impor).
3. Neraca pembayaran.
Suatu nergara yang
menghabiskan dan berinvestasi lebih banyak diluar dari pada yang dihasilkan
atau diterimanya dalam bentuk investasi luar negeri akan mengalami tekanan
penurunan nilai mata uangnya.
4. Cadangan moneter dan
kapasitas utang luar negeri. Suatu Negara yang mengalami defisit neraca
pembayaran terus menerus dapat mengantisipasi terjadinya devaluasi dengan
menurunkan tabungan ataumenurunkan kapasitas pinjaman luar negerinya.
5. Anggaran nasional.
Deficit yang
disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang sangat besar juga memperburuk
inflasi.
6. Kurs forward.Suatu mata
uang asing yang dapat diperoleh untuk menyerahkan dimasa depan dengan tingkat
diskonto yang signifikan nenandakan berkurangnya kepercayaan terhadap mata uang
tersebut.
7. Kurs tidak resmi.
Peningkatan dalam
selisih antara kurs resmi atau kurs pasar gelap menunjukan tekanan yang makin
meningkat terhadap pemerintah untuk menyesuaikan kurs resminya denga kurs pasar
yang lebih relistik.
8. Perilaku mata uang yang
terkait.
Mata uang suatu Negara
umumnya bergerak dalam pola yang sama dengan mata uang negara-negara yang
memiliki ikatan ekonomi yang erat.
9. Perbedaan suku bunga.
Perbedaan suku bunga
antara dua Negara menunjukan prediksi perubahan dalam kurs spot pada masa
mendatang.
10. Harga opsi ekuitas luar negeri. Karena arbitrasi
mengaitkan suatu harga ekuitas luar negeri di Negara asal dengan nilai mata
uang domestic menandakan perubahan dalam ekspektasi pasar terhadap kurs valuta
asing di masa depan.
Manajeman Potensi
Risko
Menyusun
struktur permasalahan perusahaan untuk meminimlkan pengaruh buruk kurs
memerlukan informasi mengenai potensi terhadap risiko valas yang dihsdapi.
Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah
niali aktiva bersih, laba dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi
tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi
risiko: translasi dan transaksi.
Potensi
risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai
ekuivalen mata uang domesyim atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing
yang dimiliki oleh perusahaan. Kelebihan antara aktiva terpapar risiko dengan
kewajiabn terpapar (yitu poe-poe dalam mta uang asinf yang ditranslasikan berdasarkan
kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva terpapar bersih. Posisi ini
sering kali disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata auang asing relative
terhadap mata uang pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata
uang asing menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya perusahaan memiliki
posiis kewajiaban terpapar bersih atau poytensi risiko negative apabila
kewajiban melebihi aktiva terpapar.
Potensi
risiko transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan
karugian nilai tukae valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang
ber-denominasi dalam mata uang asing. Tidak seperti keuntungan dan kerugian
translasi, keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap
arus kas.
Strategi perlindungan
Lindung
nilai neraca. Lindung nilai neraca dapat mengurangi potensi risiko yang
dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter
aktiva dan kewajiaban perusahaan yang terpapar. Lindung nilai operasioanal.
Bentuk perlindungan risiko ini berfokus pada variabel-variabel yang
menpengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Melalui peningkatan
harga jaul secara proporsioanal terhadap perkiraan depresiasi mata uang ini
akan membantu perlindungan target margin kotor. Lindung nilai kontraktual.
Berbagai instrument lindung nilai kontraktual telah dikembangkan untuk
memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola
lindung nilai valuta asing yang dihadapi.
Kebanyakan
instrument keuangan ini adalah derivative, dan bukan merupakan instrument
dasar. Instrument keuangan dasar, seperti perjanjian pembelian kembali,
obligasi, dan modal saham, memenuhi definisi akuntansi konvensional untuk
aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik.
Akuntansi untuk produk lindung nilai kontraktual merupakan kontrak atau instrument keuangan yang penggunaan untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak mengalihkan risiko pasar pada pundak pihak lain. Produk ini mencakup antara lain kontrak forwad, future, swap opsi, dan gabungan dari ketiganya. Tetapi tidak terbatas hanya pada keempat hal ini. Pengetehuan atas aturan pengukuran akuntansi untuk derivative merupakan sesuatu yang penting ketika merancang suatu strategi lindung nilai yang efektif bagi perusahaan. Sejumlah importir dan eksportir secara umum menggunakan forwad valuta asing apabila barang yang ditagih dalam mata uang asing itu dibeli atau dijual kepada pihak asing. Kontrak forwad mengimbangi risiko keuntungan atau kerugian transaksi karena kurs berfluktuasi di anatara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian.
Akuntansi untuk produk lindung nilai kontraktual merupakan kontrak atau instrument keuangan yang penggunaan untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak mengalihkan risiko pasar pada pundak pihak lain. Produk ini mencakup antara lain kontrak forwad, future, swap opsi, dan gabungan dari ketiganya. Tetapi tidak terbatas hanya pada keempat hal ini. Pengetehuan atas aturan pengukuran akuntansi untuk derivative merupakan sesuatu yang penting ketika merancang suatu strategi lindung nilai yang efektif bagi perusahaan. Sejumlah importir dan eksportir secara umum menggunakan forwad valuta asing apabila barang yang ditagih dalam mata uang asing itu dibeli atau dijual kepada pihak asing. Kontrak forwad mengimbangi risiko keuntungan atau kerugian transaksi karena kurs berfluktuasi di anatara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian.
Kontrak Forwad Valas
Kontrak
forwad valuta merupakan perjanjian untuk mengirimkan atau menerima jumlah mata
uang tertentu yang di pertukarkan dengan mata uang domestic, pada auatu tanggal
di masa mendatang, berdasarkan kurs tetap yang disebut sebagai kurs forwad.
Perbedaan antara kurs forwad dengan kurs spot berlaku pada tangga kontrak
forwad menimbulkan adanya premium (apabila kurs forwad > kurs spot) atau
diskon (kurs forwad < kurs spot).
Future Keuangan
Future
merupakan komitmen untuk membeli atau menyerahkan sejumlah mata uang asing pada
suatu tanggal tertentu di masa depan dengan harga yang sudah ditentukan. Atau
dengan cara lain, future juga digunakan untuk menyelesaikan tunai selain
penyerahan, dan dapat dibatalkan sebelum pengiriman dengan melakukan kontrak
penyeimbang untuk instrument keuangan yang sama. Berkebalikan dari kontrak forwad,
perjanjian future merupakan kontrak dalam bentuk standar, yang berisi provisi
standar terkait dengan ukuran dan tanggal pengiriman, dan diperdagangkan pada
sebuah bursa terorganisir, dinilai berdasarkan nilai pasar pada akhir tiap-tiap
hari dan harus memenuhi ketentuan margin periodic keuangan atas kontrak future
ini menimbulkan penambahan margin (margin call), sedangkan keuntungan
menimbulkan pembayaran tunai.
Opsi mata uang
Opsi
mata uang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli (call) atau menjual (put)
suatu mata uang dari pihak penjual (pembuat) berdasarkan harga (eksekusi)
tertentu pada atau sebelum tanggal kadaluawarsa (eksekusi) yang telah
ditentukan. Opsi mata uang juga dapat digunakan untuk mengelola laba. Misalkan
seorang pedagang opsi yakni bahwa euro akan mengalami kenaikan nilai dalam
jangka pendek. Ia akan membeli suatu naked call. Seandainya nilai euro
mengalami apresiasi pada tanggal eksekusi, pembelian tadi akan mengeksekusi
opsi dan akan memperoleh selisih antara harga kini dan harga eksekusi dikurangi
dengan premium call. Untuk membatasi risiko penurunan nilai, pembeli dapat
memperoleh bull call spread.
Swap Mata Uang
Swap
mata uang mencakup pertukaran saat ini dan di masa depan atas dua mata uang
yang berbeda berdasarkan kurs yang telah ditentukan sebelumnya. Swap mata uang
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan akses terhadap pasar modal yang
sebelum tidak dapat diakses dengan biaya yang relative rendah. Swap ini juga
memungkinkan perusahaan unutk melakukan lindung niali terhadap risiko kurs yang
timbul dari kegiatan usaha internasional.
Perlakuan Akuntansi
FASB
menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April
2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang konfeherensif atas akuntansi
untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. IFRS No.39 yang baru saja
direvisi, bersisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang
universal terhadap akuntansi derivatif keuangan. Meskipun kedua standar ini
memiliki nada yang sama, terhadap perbedaan diantara keduanya dalam hal
banyaknya detail tuntunan implementasi.
Lindung Nilai
Investasi Bersih Dalam Operasi Luar Negeri
sebuah
perusahaan anak luar negeri yang memiliki posisi aktiva bersih terpapar hendak
dikonosolidasikan dengan induk perusahaan, maka timbul kerugian transaksi jika
nilai mata uang asing mengalami penurunan relative terhadap mata uang induk
perusahaan. Kerugian translais juga terdiri jika anak perusahaan luar negeri
memilki memiliki posisi kewajiban bersih terpapar dan nilai mata uang asing
meningkat relative terhadap mata uang induk perusahaan. Salah satu cara untuk
meminimalkan kerugian relative ini adalah dengan membeli kontrak forwad.
Strategi ini berarti menggunakan keuntungan transaksi dari kontrak forwad untuk
mengimbangi krugian translasi.
Pengungkapan
Sebelum dikeluarkannya standar seperti FAS 133 dan IAS 39,
pengungkapan keuangan perusahaan tidak memberi tahu kepada pembaca sejauhman
manajemen telah menggunakan kontrak derivative terhadap kinerja yang
dilaporakan dan terhadap karakteristik risiko suatu perusahaan merupakan hal
yang sukar dilakukan. Pengungkapan yang di wajibkan oleh FAS 133 dan IAS 39
sedikit banyak telah menyelesaikan masalah ini. Pengungkapan itu antara lain:
· Tujuan
dan strategi manajemen risiko untuk melakukan transaksi linfung nilai
· Deskripsi
pos-pos dilindung nilai
· Identifikasi
risiko pasar dan pos-pos yang dilindung nilai
· Deskripsi
mengenai instrument lindung nilai
· Jumlah
yang tidak dimasukan dalam penilaian efektivitas lindung nilai
· Justifikasi
awal (apriori) bahwa hubungan lindung nilai tersebut akan sangat efektif untuk
meminimalkan risiko pasar
· Penilaian
berjalan mengenai efektifitas lindung nilai actual dari seluruh derivatif yang
digunakan selama periode berjalan.
http://2wir.blogspot.com/2011/05/manajemen-risiko-keuangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar