Nama : Santi Santini
Npm : 26210362
Kelas :4 EB 20
Penetapan Harga Transfer
Harga transfer adalah harga
produk atau jasa yang ditransfer kepada suatu pusat pertanggungjawaban di dalam
suatu perusahaan yang menggunakan produk atau jasa dari pusat
pertanggungjawaban lainnya dalam suatu perusahaan.jika dua atau lebih pusat
laba bertanggung jawabbersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu
produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika
produk tersebut terjual.
Tujuan yang diinginkan dalam
harga transfer :
1.
Memaksimalkan penghasilan global
2.
Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar
3.
Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara
4.
Menghindarkan pengendalian devisa
5.
Mengatrol kredibilitas asosiasi
6.
Mengurangi risiko moneter
7.
Mengatur arus kas anak/cabang yang memadai
8.
Membina hubungan baik dengan admintrasi setempat
9.
Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10. Mengurangi
risiko pengambil alihan oleh pemerintah.
Harga transfer sering memicu
masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit,
yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi
pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli
sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka
penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.
Syarat terpenuhinya harga
transfer
Untuk terciptanya harga transfer
diperlukan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut adalah:
1. System
harus dapat memberikan informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh suatu pusat
laba untuk dapat menentukan trade–off yang optimum antara biaya dan pendapatan
perusahaan.
2. Laba
yang dihasilkan harus dapat menggambarkan dengan baik pengaturan trade-off
antara biaya-pendapatan yang telah ditetapkan. Setiap pusat laba harus dapat
memaksimalkan laba perusahaan dengan jalan memaksimalkan laba divisinya.
3. Tingkat
laba yang diperlihatkan oleh masing-masing pusat laba harus dapat mencerminkan
besarnya kontribusi laba dari masing-masing pusat laba terhadap laba perusahaan
secara keseluruhan.
PENENTUAN HARGA TRANSFER
INTERNASIONAL : VARIABEL YANG RUMIT
Kebutuhan untuk penentuan harga
transfer muncul apabila barang dan jasa dipertukaran di antara unit-unit
organisasi yang sama. Ada beberapa variabel dalam mementukan harga transfer:
1.
Faktor Pajak
Harga transaksi yang wajar
merupakan harga yang akan diterima oleh pihak-pihak tidak berhubungan istimewa
untuk barang-barng yang sama atau serupa dalam keadaan yang sama persis atau
serupa. Metode penentuan harga transaksi wajar yang dapat diterima adalah:
a)
Metode penentuan harga tidak terkontrol yang sebanding
b)
Metode penentuan harga jual kembali
c)
Metode penentuan biaya plus dan
d)
Metode harga lainnya
2.
Faktor Tarif
Tarif yang dikenakan untuk
barang-barang impor juga mempengaruhi kebijakan penentuan harga transfer
perusahaan multinasional. Sebagai tambahan atas keseimbangan yang
diidentifikasikan, perusahaan multinasional harus mempertimbangkan biaya dan
manfaat tambahan, baik internal maupun eksternal. Tarif pajak tinggi yang
dibayarkan oleh importer akan menghasilkan dasar pajak penghasilan yang lebih
rendah.
3.
Faktor Daya Saing
Demikian juga halnya, harga
transfer yang lebih rendah dapat digunakan untuk melindungi operasi yang sedang
berjalan dari pengaruh kompetisi luar negeri yang semakin mengikat pada pasar
setempat atau pasar lainnya. Pertibangan daya saing seperti itu harus
diseimbangkan terhadap banyak kerugian berakibat sebaliknya. Harga transfer
untuk alasan-alasan kompetitif dapat mengundang tindakan anti trust oleh
pemerintah.
4.
Risiko Lingkungan
Apabila faktor daya saing luar
negeri dapat menjamin harga transfer yang rendah dan dibebankan kepada anak
perusahaan luar negeri, resiko atas harga inflasi yng sangat tinggi dapat
mengakibatkan hal yang sebaliknya. Inflasi mengurangi daya beli uang tunai yang
dimiliki perusahaan. Harga transfer yang tinggi terhadap barang atau jasa yang
diberikan kepada anak perusahaann yang menghadapi inflasi tinggi dapat
mengalihkan kas dalam jumlah yang sangat besar dari anak perusahaan tersebut.
5. Faktor
Evaluasi Kinerja
Kibijakan harga transfer juga
dipengaruhi oleh pengaruh mereka terhadap perilaku manajemen dan sering kali
merupakan penentu kinerja perusahaan yang utama.
6.
Kontribusi Akuntansi
Para akuntan manajemen dapat
memainkan peranan yang signifikan dalam menghiting kesibangan dalam strategi
penentuan harga transfer. tantangan yang dihadapi adlah mempertahankan
perpseektif global pada saat melakukan pemetaan manfaat dan biaya yang
berkaitan dengan keputusan penentu harga.
METODOLOGI PENENTUAN HARGA
TRANSFER
Dalam suatu dunia dengan harga
transfer yang sangat kompetitif, tidak akan menjadi masalah besar ketika hendak
menetapkan harga transfer sumber daya dan jasa antar perusahaan. Namun
demikian, jarang sekali terdapat pasar eksternal yang kompetitif untuk
produk-produk yang ditransfer antar entitas yang berhubungan istimewa tersebut.
Masalah penentuan ini sangat terasa dalam tingkat internasional, karena konsep
akuntansi biaya ini berbea dari satu negara ke negara lainnya.
1.
Harga Versus Biaya Versus
Sistem harga transfer berbasis
biaya dapat menangulangi kebanyakan kekurangan ini.
sistem ini (1) sederhana
digunakan, (2) didasarkan pada data yang langsung tersedia, (3) mudah untuk
dijelaskan kepada otoritas pajak, (4) merupakan hal yang sering dilakukan,
sehingga dapat menghindari terjadinya fiksi internal yang sering terjadi
apabila sistem arbitrer digunakan.
2.
Prinsip Wajar
Harga transfer antarperusahaan
dengan mengadaikan transaksi itu terjadi antara pihak-pihak yang tidak
berhubungan istimewa dipasar yang kompetitif.
3.
Metode Harga Tidak Terkontrol yang Setara
Metode ini tepat digunakan jika
barang tersedia dalam jumlah cukup sehingga penjualan yang dikonrtol pada
dasarnya sebanding dengan penjualan pada pasar terbuka.
4.
Metode Transaksi Tidak Terkontrol yang Setara
Diterapkan untuk pengalihan
aktiva tidak berwujud. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasikan tingkat
royalti acuan dengan mengacu pada transaksi yang tidak terkontrol dimana aktiva
tidak berwujud yang sama dialihkan.
5.
Metode Harga Jual Kembali
Metode ini menghitung harga
transaksi yang wajar yang diawali dengan harga yang dikenakan atas penjualan
barang yang dimaksud kepada pembeli yang idependen.
6.
Metode Penentuan Biaya Plus
Metedo ini secara khusus berguna
apabila barang semi jadi dialihkan antarperusahaan afiliasi luar negeri, atau
jika satu entitas merupakan sub kontraktor bagi perusahaan lain.
7.
Metode Laba Sebanding
Metode ini umumnya memerlukan
penyesuaian atas perbedaan-perbedaan yang ada antara pihak yang dibandingkan.
Faktor-faktor yang memerlukan penyesuaian tersebut adlah kodisi penjualan yang
berbeda, perbedaan biaya modal, resiko nilai tukar valuta asing, dan resiko
lainnya dan perbedaan dalam praktik pengukuran akuntansi.
8.
Metode Pemisahan Laba
Metode ini digunakan jika acuan
produk atau pasar tidak tersedia. Pada dasarnya metode ini mecakup pembagian
laba yang dihasilkan melalui transaksi dengan pihak berhubungan istimewa, yaitu
antara perusahaan afiliasi berdasarkan cara yang wajar.
9.
Metode Penentuan Harga Lainnya
Menurut OECD : Harus diakui
bahwa harga yang wajar dalam banyak kasus tidak dapat ditetapkan dengan tepat
dan bahwa dalam situasi seperti itu akan dipandang perlu untuk mencari
perkiraan wajar yang mendekatinya. Seringkali, akan lebih bermanfaat untuk
perhiyungan lebih dari satu metode untuk mendapatkan perkiraan atas harga yang
memuaskan dengan memperhatikan bukti-bukti yang tersedia.
10. Perjanjian Penentuan
Harga Lanjutan
Mekanisme yang digunakan oleh
perusahaan multinasional dan otoritas pajak untuk secara sukarela
menegosiasikan metodelogi penentuan harga transfer yang disepakati dan mengikat
kedua belah pihak.
Metode Penentuan Harga Transfer
Tentunya dalam penentuan harga
transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar
harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat,
selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan
manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan.
Prinsip dasarnya adalah bahwa
harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya
produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal
tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan
yang menetapkan prinsip ini.
Secara umum harga transfer dapat
ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut: (1) Harga transfer
berdasarkan pasar, (2) Harga transfer berdasarkan biaya.
Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer berdasarkan harga
pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling independen.
Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang
berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh
profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya.
Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu
produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang
diperjual-belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri
yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi
penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak
menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi. Namun, jika harga pasar
tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan harga pasar.
Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif,
pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya
(cost-based transfer price).
Penggunaan harga transfer ini sesuai dengan pendapat dari Anthony dan Govindarajan, bahwa harga transfer hendaknya sama dengan harga yang ditetapkan terhadap produk tersebut jika dijual ke pelanggan luar atau dibeli dari pemasok. Penerapan ini tanpa memperhatikan kenyataan bagaimana pihak luar tersebut menetapkan harga jualnya.
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika kondisi-kondisi dibawah ini ada. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi tersebut sangat jarang ada. Oleh karena itu, daftar tersebut tidak menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk memiliki harga transfer. Melainkan, daftar tersebut menyarankan suatu cara untuk memandang suatu situasi, guna melihat perubaha-perubahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki operasi mekanisme harga transfer. Situasi ideal yang harus ada dalam penetapan harga transfer berdasar harga pasar untuk mendorong adanya keselaransan tujuan adalah:
Penggunaan harga transfer ini sesuai dengan pendapat dari Anthony dan Govindarajan, bahwa harga transfer hendaknya sama dengan harga yang ditetapkan terhadap produk tersebut jika dijual ke pelanggan luar atau dibeli dari pemasok. Penerapan ini tanpa memperhatikan kenyataan bagaimana pihak luar tersebut menetapkan harga jualnya.
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika kondisi-kondisi dibawah ini ada. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi tersebut sangat jarang ada. Oleh karena itu, daftar tersebut tidak menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk memiliki harga transfer. Melainkan, daftar tersebut menyarankan suatu cara untuk memandang suatu situasi, guna melihat perubaha-perubahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki operasi mekanisme harga transfer. Situasi ideal yang harus ada dalam penetapan harga transfer berdasar harga pasar untuk mendorong adanya keselaransan tujuan adalah:
1. Orang-orang
yang kompeten. Idealnya, para manajer harus memperhatikan kinerja jangka
panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka
pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase harga transfer juga
harus kompeten.
2. Atmosfer
yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur
dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan
yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka. Mereka juga harus memandang
bahwa harga transfer tersebut adil.
3. Harga
pasar. Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan
mapan dari produk identik yang sedang ditransfer. Maksudnya, harga pasar
mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas)
dengan produk yang dikenekan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat
diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan.
Sebagai contoh, tidak aka nada beban piutang tak tertagih (bad debt expense),
serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut
ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis lain yang ada dalam perusahaan.
Meskipun kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi tidak
identik, adalah lebih baik dari pada tidak ada harga pasar samasekali.
4. Kebebasan
memperoleh sumber daya. Alternative dalam memperoleh sumber daya haruslah ada,
dan para manajer seharusnya diizinkan untuk memilih alternative yang paling
baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar,
dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadaan
seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada
setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik dengan pihak di dalam maupun
diluar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Kemudian pasar
akan membentuk suatu harga transfer. Keputusan untuk berurusan dengan pihak di
dalam atau diluar perusahaan juga dibuat oleh pasar. Jika pembeli tidak
mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber di dalam perusahaan, mereka bebas
untuk membeli dari luar.
5. Informasi
penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya
dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi.
Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer untuk melakukan negosiasi
”kontrak” antar unit usaha.
Jika semua kondisi di atas
terpenuhi, maka system harga transfer berdasarkan harga pasar dapat
menghasilkan keselarasan cita-cita dan tidak membutuhkan administrasi pusat.
Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode
penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual
dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif
mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan biaya
sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika
seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga
menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi
kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai
harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap
transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya
berarti tidak ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan
biaya.
Umumnya perusahaan menetapkan
harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau biaya tetap dalam
bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus
markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed
fee). Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat
ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini
sangat rumit untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan
harga berdasarkan pasar. Keputusan yang harus dibuat dalam system harga
transfer berdasarkan biaya adalah bagaimana menentukan besarnya biaya dan
bagaimana menghitung markup laba.
Dasar Biaya
Dasar yang umum adalah biaya
standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor inefisiensi produksi
akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan,
maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk
meningkatkan standar tersebut.
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba,
terdapat dua keputusan yang digunakan. Markup ditentukan atas dasar penentuan
tingkat laba dan besarnya laba. Dasar penentuan tingkat laba ini bisa dilakukan
berdasarkan biaya dan dapat dilakukan berdasarkan return atas investasi.
Kesulitannya adalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan investasi yang
dilakukan. Sebaliknya, jika berdasar investasi, sulit untuk menentukan besarnya
investasi yang layak diperhitungkan.
Masalah kedua dalam penyusunan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen senior atas kerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengambilan yang akan diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya ke konsumen luar. Bebagai pendekatan yang bisa dilakukan adalah:
Masalah kedua dalam penyusunan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen senior atas kerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengambilan yang akan diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya ke konsumen luar. Bebagai pendekatan yang bisa dilakukan adalah:
1. berdasarkan
laba jika divisi penjual dianggap sebagai unit usaha yang independen (pusat
laba).
2. Berdasarkan
taksiran “return” atas investasi yang dilakukan.
3. Jika
divisi penjual, selain mentransfer produknya ke divisi pembeli juga menjual ke
pihak lain maka laba dapat ditentukan dari persentase profit marjin rata-rata
berdasar harga pokok standar.
4. Dengan
menggunakan profit marjin perusahaan lain jika produknya sama.
PENENTUAN HARGA JASA KORPORAT
Pengendalian atas Jumlah Jasa
Unit usaha mungkin diharuskan
untuk menggunakan staf korporat untuk jasa – jasa seperti teknologi informasi
serta riset dan pengembangan.ada tiga teori pemikiran mengenai jasa – jasa
tersebut :
Teori pertama menyatakan bahwa
suatu unit usaha harus membayar biaya variabel standar dari jasa yang
diberikan.jika membayar kurang dari itu,maka unit usaha akan termotivasi untuk
menggunakan jasa – jasa dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dibenarkan
secara ekonomis.
Teori pemikiran yang kedua
menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel standar ditambah bagian yang
wajar dan biaya tetap standar yaitu biata penuh.
Teori pemikiran yang ketiga
menyarankan harga yang sama dengan harga pasar,atau biaya penuh standar
ditambah dengan margin laba.harga pasar akan digunakan jika memungkinkan;jika
tidak maka harga sebesar biaya penuh ditambah ROI yang akan digunakan.
Administrasi Harga Transfer
Negosiasi
Hampir semua perusahaan,unit
usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain;maksudnya harga transfer
yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat.alasan yang paling penting untuk
hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai
kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi
utama dari manajemen lini.
Unit –unit usaha harus
mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam melakukan negosiasi harga
tersebut.disebagian kecil perusahaan,kantor pusat menginformasikan kapada unit
– unit usaha tersebut bebas bertransaksisatu sama lain atau ddengan perusahaan
luar yang ditemui,dengan persyaratan bahwa jika impas,maka bisnis tersebut
harus tetap dalam perusahaan.
Arbitrase dan Penyelesaian
Konflik
Arbitrase dapat dilakukan dengan
beberapa cara.dalm sistem yang formal,kedua pihak menyerahkan kasus secara
tertulis kepada pihak penengah/pendamai( arbitrator ).arbitrator akan meninjau
posisi mereka masing – masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan
kadangkala dengan bantuan staf kantor yang lain.
Selain tingkat formalitas
arbitrase,jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga
mempengaruhibefektifitas suatu sistem harga transfer.terdapaat empat cara untuk
menyelesaikan konflik :
· Memaksa (forcing )
· Membujuk
( smoothing )
· Menawarkan (bargaining )
· Penyelesaian
masalah (problem solving )
Luas dan formalitas dari
perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer bergantung pada
banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar serta harga
pasar.semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar,maka semakin
formal dan spesifik peraturan yang ada.jika harga pasar selalu siap sedia,maka
perolehan sumber daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas
keputusan buat atau beli ( make-ar-buy decision )yang melebihi
jumlah tertentu.
Beberapa perusahaan membagi
produknya kedalam dua kelas :
Kelas I meliputi seluruh produk
untuk mana manajaemen senior ingin mengendalikan perolehan sumber daya.produk
ini biasanya merupakan produk – produk yang bervolume besar;produk – produk
yang tidak memiliki sumber dari luar;dan produk – produk yang produksinya tetap
ingin dikendalikan oleh pihak manajemen demi alasan kualitas atau alasan
tertentu.
Melas II meliputi seluruh produk
lainnya.secara umum,ini merupakan produk – produk yang dapat diproduksi diluar
perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan,produk –
produk yang volumenya relatif kecil,diproduksi dengan peralatan umum(
general-purpose equipment).produk-produk kelas II ditansfer pada harga
pasar.
Penentuan Harga Transfer
Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan. Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip ini.
Secara umum harga transfer dapat
ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut:
1) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
1) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer berdasarkan harga
pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling independen.
Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang
berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh
profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya.
Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi.
Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price).
Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi.
Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price).
2) Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode
penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual
dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif
mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan biaya
sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya
unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya
yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan
pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer,
divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi
internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak
ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya. Umumnya
perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan
atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah
mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap
(variable cost plus fixed fee).
3) Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa
perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam perusahaan yang berkepentingan
dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan.
Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan ini
melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua,
manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan
laba potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan. Harga
transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam
pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan
tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang
dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan
karena posisinya pada situasi sulit yang bisa menimbulkan conflict of interest
diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi
pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik, yang
akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.
Harga Transfer pada Perusahaan
Multinasional
Transfer pricing sering juga
disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional
atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan
pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup
perusahaan). Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat
menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati (harga pasar). Tujuan
harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC) serta
barang yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga
transfer internasional terfokus pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran
asing, bersama dengan meningkatkan suatu kompetitif perusahaan dan memperbaiki
hubungannya dengan pemerintah asing. Walaupun tujuan domestik seperti motivasi
manajerial dan otonomi divisi selalu penting, namun seringkali menjadi sekunder
ketika transfer internasional terlibat. Perusahaan akan lebih fokus pada
pengurangan pajak total atau memperkuat anak perusahaan asing. Oleh karena itu
transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara
sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi
jumlah pajak atau bea dari suatu negara.
Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country).
Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-length standard tersebut.
Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country).
Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-length standard tersebut.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar